 |
| Source: pixabay.com/users/tayebmezahdia-4194100/ |
Hai, berita baru muncul di suara.com . Pada situsnya diinformasikan Sebuah laporan baru-baru ini menemukan bahwa serangan ransomware akan meningkat sebesar 80 persen setiap tahun hingga tahun 2022. Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa penjahat dunia maya selalu berhasil menghindari hukum.
"Jelas serangan ransomware sedang meningkat," kata CEO Cloudflare Matthew Prince, seperti dikutip dari TechCrunch, Sabtu (19/11/2022).
Dalam hasil survei yang dilakukan September lalu, Matthew menyebut satu dari empat responden mengaku pernah menerima serangan uang tebusan atau ancaman.
"September adalah bulan puncak 2022," ujarnya. Studi ini juga menunjukkan bahwa tahun 2022 bukan hanya tahun terburuk untuk serangan ransomware yang signifikan secara statistik, tetapi juga merupakan tahun yang paling sulit.
Selama setahun terakhir, peretas berfokus pada infrastruktur penting dan layanan keuangan. Pada tahun 2022, peretas akan lebih fokus pada organisasi di mana mereka dapat menyebabkan kerusakan paling parah.
 |
| Source: pexels.com/@mikhail-nilov |
Tahun ini, penjahat dunia maya telah melakukan beberapa serangan berskala besar.
Serangan di Los Angeles Unified School District menyebabkan peretas Vice Society mengungkap 500 gigabyte data sensitif, termasuk laporan tentang keyakinan masa lalu siswa dan evaluasi psikologis. Serangan paling dahsyat di tahun 2022 terjadi ketika peretas mencuri data dari raksasa asuransi kesehatan Australia, Medibank, mendapatkan akses ke informasi pribadi sekitar 9,7 juta pelanggan dan klaim kesehatan hampir setengah juta pelanggan.
Data yang dicuri selama penyerangan termasuk file sensitif terkait aborsi dan penyakit terkait alkohol.
Serangan ini tidak hanya menunjukkan bahwa ransomware semakin parah. Mereka juga menunjukkan bahwa ransomware adalah masalah global.
"Ini adalah masalah global, jadi pemerintah perlu bersatu," kata Camellia Chan, CEO dan pendiri perusahaan keamanan siber X-PH.
Sumber:
.png)
.png)
0 Komentar